Halo teman-teman, bagaimana kabarnya? Salam sejahtera bagi kita semua. Berjumpa lagi dengan saya. Hari ini kita akan membahas tentang "Lagu Nasional Indonesia yang pertama kali diciptakan". Mungkin kita sering mendengar ataupun pernah mendengar banyak lagu nasional saat sedang mengikuti upacara bendera di hari senin. Lagu nasional Indonesia yang pertama kali diciptakan adalah Indonesia Raya biasanya lagu ini dikumandangkan saat kita mengibarkan bedera upacara yang biasanya membuat kita malas dan pegal untuk memberikan hormat, tetapi lagu Indonesia Raya memiliki sebuah makna dan sejarah yang berisi semangat perjuangan kemerdekaan. Jadi, kita semua harus berjuang dan jangan lagi mengeluh ataupun cuek dalam mengikuti upacara setiap hari senin. Agar lebih jelas lagi mari kita lihat sejarah lagu Indonesia Raya berikut ini.
Lagu Indonesia Raya dikarang oleh Wage Rudolf Supratman. W.R Supratman memiliki seorang ayah yang bernama Senen, sersan di Batalyon VIII. Saudara Soepratman berjumlah enam, laki satu, lainnya perempuan. Salah satunya bernama Roekijem. Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem ke Makassar. Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.
Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, kemudian melanjutkannya ke Normalschool di Makassar sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.
Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Makassar, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaan itu tetap dilakukannya sewaktu sudah tinggal di Jakarta. Dalam pada itu ia mulai tertarik kepada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda.
Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan pulang ke Makassar lagi. Roekijem sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik. Banyakkarangannya yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu Roekijem juga senang bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik.
Tentang kehidupan pribadi W.R. Soepratman hingga akhir perjalanan hidupnya ia diketahui tidak beristri serta tidak pernah mengangkat anak.
Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan.
Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya, pada waktu itu ia berada di Bandung dan pada usia 21 tahun.
Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum (secara intrumental dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu, lihat Sugondo Djojopuspito). Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Lalu lagu ini disebarluaskan
oleh koran Sin Po pada edisi bulan November 1928. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.
Setelah dikumandangkan tahun 1928
dihadapan para peserta Kongres Pemuda II dengan biola, pemerintah kolonial
Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya.
Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka menyanyikan lagu itu dengan
mengucapkan "Mulia, Mulia!" (bukan "Merdeka, Merdeka!")
pada refrein. Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu
kebangsaan.
Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM jalan Embong Malang - Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok-Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.
Berikut merupakan video Lagu Indonesia Raya yang pertama kali di ciptakan.
Jadi, begitulah perjalanan sejarah lagu Indonesia Raya yang berliku-liku. Hingga saat ini, kita sebagai rakyat Indonesia harus mengetahui sebuah sejarah seperti yang dikatakan bapak presiden Indonesia yang pertama, I.r Soekarno "jas merah" maksudnya jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Dengan sejarah lagu Indonesia Raya semoga teman-teman dari Sabang sampai Merauke akan lebih mengetahui bahwa lagu nasional merupakan lagu yang tidak hanya dibuat begitu saja, melainkan lagu nasional dibuat dengan penuh perjuangan yang sangat panjang. Maka dari itu, kita yang menyayikan maupun yang mendengar harus memiliki penghayatan dan semangat 45. Mungkin hanya itulah yang dapat saya paparkan, semoga bermanfaat.
Sumber referensi :
https://visiuniversal.blogspot.co.id/2015/09/sejarah-singkat-penciptaan-lagu.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_Raya
https://www.youtube.com/watch?v=PrlSmi734Zs
Sumber foto :
http://ahok.org/wp-content/uploads/2012/08/indonesia-raya1.jpg
Sumber video :
https://www.youtube.com/watch?v=PrlSmi734Zs
0 comments: